Hati

Hidup itu adalah sebilah cermin. Dunia di matamu adalah cerminan dari hati mu sendiri. Caramu memandang dunia adalah caramu memandangi diri. Jika dunia penuh kebencian dan musuh dimana-mana, sesungguhnya itu adalah produk dari hatimu yang di balut kebencian.

Jika kau kira dunia penuh dengan orang egois, itu tak lain adalah bayangan dari egoisme ego mu sendiri. Dunia yang muram berasal dari hati mu yang muram. Sedangkan kalau di matamu dunia  selalu tersenyum ramah, berterimakasih lah pada hatimu yang diliputi cinta.

Hati lah yang menjadi dalang ini semua. Namun, yang pertama merasa sakit itu hati. Bahkan seiring berjalannya waktu hati terus tersakiti. Apalagi kalau sudah menemukan seseorang yang membuat hati mu menaruh harapan kepadanya. Dari situ lah hati terus terusan tersakiti.

Berekspektasi terlalu tinggi kepada seseorang, membuat hati kita ikut terbang tinggi. Dan yah pepatah mengatakan realita tak seindah ekspektasi. Hati kita yang sudah terbawa tinggi oleh harapan dan ternyata realita nya tak seindah yang di bayangkan membuat hati kita jatuh dan merasakan sakit kembali.

Terkadang Pemandangan terindah justru terlihat ketika melambatkan langkah, berhenti sejenak. Ketahuilah beberapa tangan melepaskan gengamannya saat hidup mu bertambah sulit agar tangan mu kosong dan bisa di gengam oleh seseorang yang selalu di harapkan oleh mu.

Harapan yang menjadi cinta yang perlahan membuat hati sensitif. Terkadang karena cinta sampai lebih mempedulikan orang lain dari pada diri sendiri. Semuanya di lakukan demi orang yang di cintai, tak peduli rasa sakit apa yang di lewati.  Namun, mendambakanmu yang mendabakannya.

Aku hanya ingin kau rindukan, aku ingin kau kejar, aku ingin kau buatkan puisi, lalu aku akan bertingkah tak peduli, agar kau tau rasanya jadi aku. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer